Hari ini saya
sedang ingin mengingat-ingat tentang kamu. Mengingat-ingat cerita-cerita pendek
berwarna ceria yang pernah berhasil mewarnai hidup saya yang abu-abu. Lalu
berharap setelah nya, cerita-cerita itu hilang enyah dari ingatan saya. Entah
kenapa beberapa hari ini saya sedang begitu suka mengingatnya, mengingat cara
kamu tersenyum, atau mengingat suaramu menyambut panggilan pagi saya.
Saya suka ketika
kamu menyapa saya diantara mereka teman-teman saya yang juga sebagian besar
adalah teman-teman kamu. Menyapa mereka semua dengan “hai semua” lalu beralih kearah
saya dan menyapa dengan menyebut nama saya. Saat itu kamu seakan hanya
mengingat nama saya, tak ingat yang lain. Lalu tersenyum dan kamu pergi.
Saya suka, ketika
kamu menanyakan tentang sesuatu yang bahkan kamu sudah tau jawabannya. Seperti
menanyakan jadwal pertandingan bola kepada saya, padahal jelas kamu yang lebih
menggilai bola dari pada saya. Atau menanyakan saya hadir kuliah hari itu atau
tidak, padahal saat kuliah kamu duduk 2 baris tepat dibelakang saya. Dan saya
begitu suka dengan jawabanmu ketika saya menanyakan “kenapa kamu menanyakan hal
yang kamu tau jawabannya?” jawaban kamu ketika itu adalah “terkadang kita hanya
ingin menikmati prosesnya, tanpa perlu mengetahui hasil”. Ketika itu mungkin
saya tidak terlalu mengerti, dan saat saya mengerti sayangnya kamu sudah pergi
dari hidup saya.
Saya suka ketika
kamu memberikan perhatian kecil yang memiliki efek besar dalam hidup saya.
Seperti mengingatkan saya belajar untuk ujian esok hari, padahal saya sama
sekali tidak memberitahu kamu jadwal ujian saya. Kamu tahu ketika itu rasanya
semangat belajar jadi bertambah 2 kali lipat.Atau terkadang kamu merelakan
tidur telat, hanya untuk menemani saya belajar, padahal saya tau kamu saat itu
sedang begitu lelah. Saya juga suka ketika kamu bilang “kamu jangan sampe sakit
juga ya, harus jaga kesehatan” waktu teman saya yang juga temen kamu tiba-tiba
jatuh sakit dikampus. Padahal seingat saya saat itu kita belum terlalu dekat.
Tapi saya sungguh suka.
Saya juga begitu
suka, ketika setiap pagi menunggu waktu untuk membangunkan kamu. Setengah jam
sebelum waktunya saya sudah tidak tenang, bolak-balik melirik jam sambil
menggemgam telepon genggam, saya takut kamu bangun telat nantinya tapi saya
juga tidak ingin mengurangi waktu tidur kamu.
Meski saya tahu pasti membangunkan kamu terkadang tidak cukup dengan
satu deringan telepon dari saya. Tapi saya suka, saya suka mendengar suara baru
bangun kamu diseberang sana. Suara yang mencoba meyakinkan saya kalo kamu sudah
benar-benar terjaga, meski entah kenapa saya yakin setelah saya menutup telepon
kamu akan kembali memenjamkan mata hingga telat kuliah dan tersenyum nyengir
kepada saya.
Kamu tahu, saya bahkan
tidak peduli ketika mereka menganggap kamu tidak sebaik yang saya kira. Saya tahu,
tapi bagi saya kamu baik kepada saya saja itu cukup.
Saya suka, ketika
bisa menjadi bayangan yang berjalan beriringan disampingmu. Meski sekarang saya
hanya bisa mengikuti kamu dari belakang. Tapi saya tetap suka. Dan ketika ada sosok
lain yang nyata berjalan beriringan bersama kamu, saat itu saya kecewa. Kecewa kenapa
saya tidak pernah menjadi senyata itu buat kamu. Namun, saat melihat senyum
bahagia itu diwajahmu kecewa saya memudar. Karena kamu bahagia. Mungkin menurut
orang saya munafik, bahagia tanpa memiliki kamu. Saya sendiri juga tidak
mengerti. Yang pasti saya mampu tetap tersenyum saat ini, karena saya percaya
kamu bahagia dan itu sudah cukup.
Saya berdoa untuk
kamu, kelak kamu harus jadi suami yang baik, ayah yang hebat, dan hidup bahagia
ya?!